PERKEMBANGAN PESERTA
DIDIK
Pertemuan Ketujuh
ANALISIS GAMBAR KARYA
ANAK-ANAK
Periodisasi Perkembangan
Gambar Karya Anak-anak
Di
dalam tahap menggambar anak, terdapat pola umum perkembangan dari hasil
coretan/gambar anak. Pola tersebut dimulai dari sejak anak menghasilkan
coretan-coretan yang tak terarah hingga dapat membuat gambar yang sesuai dengan
obyek yang digambarkan.
Viktor
Lowenfeld membuat tahapan sebagai berikut:
1.
Masa
Mencoreng (2-4 tahun)
Tahap ini berkembang
mulai dari usi 2 tahun pada saat anak mulai dapat menggenggam dan mencorengkan
alat tulis atau gambar secara acak hingga pada suatu saat ia dapat dengan ‘cara
kebetulan’ mewujudkan suatu gambar yang dapat diasosiasikannya dengan bentuk
nyata. Coreng-mencoreng yang dibuat mula-mula merupakan goresan yang tidak
menentu, tebal tipis tergantung pribadi anak. Lama-kelamaan anak menyadari
adanya hubungan antara gerakan tangannya dengan hasil yang diperolehnya.
Karenanya berubahlah goresannya menjadi panjang, bolak-bali, kemudian
bulat-bulat.
Pada saat terakhir dari
masa mencoreng ini anak mulai memberi nama goresan-goresannya, dan berubahlah
garis-garis yang tidak menentu menjadi terkendali. Dalam masa ini anak perlu
dibina dengan memberikan stimulasi yang tepat serta mengaktifkan imajinasinya.
Secara rinci proses mencoreng dialami oleh usia tersebut selalu dimulai dengan
corengan-corengan mendatar, kemudian menegak dan diakhiri dengan
melingkar-melingkar.
2.
Masa
Prabagan (4-7 tahun)
Gerakan yang dilakukan
oleh anak usia ini sudah terkendali. Ia sudah dapat mengkoordinasikan pikir
dengan emosi dan kemampuan motoriknya. Bentuk-bentuk obyektif yang ada di
sekitarnya sudah menjadi kriteria dari hasil gambarnya. Gerakan yang sudah
lebih terarah, membuat garis coreng-corengan makin berkurang dengan garis yang
lebih mewakili bentuk. Bentuk yang dihasilkan lebih mudah ditafsirkan; yang
diutamakan anak adalah bagian yang aktif atau bagian yang bergerak dari suatu
obyek. Masalah ruang masih belum terpecahkan.
Sambil menggambar
biasanya anak juga suka berbicara/ bercerita sendiri. Sehingga yang menjadi
obyek dari gambarnya adalah kegiatan. Warna yang digunakan tidak ada
hubungannya dengan realitas.
3.
Masa
Bagan (7-9 tahun)
Bagan adalah konsep
tentang bentuk dasar dari suatu obyek visual. Semakin kaya akan konsep semakin
besar pula untuk berekspresi. Pengamatan anak pada usia ini sudah semakin
teliti dan sudah mengetahui bagaimana hubungan dirinya dengan lingkungan
sekitarnya.
Pada dasarnya anak
menggambar terdorong oleh kebutuhannya untuk berekspresi. Tetapi emosi subyektivitasnya
kadang-kadang tidak dapat tersampaikan karena ketidakmampuan skillnya. Dalam
hal ini guru sangat berperan untuk mengaktifkan kembali pengalaman anak yang
laten (hal yang sudah diketahui tetapi disishkan karena terdesak emosi
subyektif).
Anak sudah lebih mengenal
ruang. Dan mereka menjadi makin tahu tentang dirinya dengan alam sekitarnya.
4.
Masa
Permulaan Realisme (9-11 tahun)
Pada masa ini anak sudah
lebih cermat dalam mengamati alam sekitarnya. Konsep bagan yang sudah ada pada
masa sebelumnya sudah lebih mendetail lagi. Konsep tentang manusia tidak hanya
pada kepala, tubuh, tangan, dan kaki sajatetapi juga jari, pakaian, perhiasan,
rambut. Bahkan sudah dapat membedakan laki-laki dan wanita. Kemampuan
intelektualnya yang sudah berkembang mendorong mereka untuk menggambar
kejelasan detailnya. Rasio sudah lebih digunakan. Konsep gambarnya adalah
bidang, bukan garis. Mereka menggambar figur-figur di seluruh bidang gambar. Untuk
objek yang lebih jauh digambar di bagian atas kertasnya. Ukurannya sama dengan
obyek yang paling dekat.
Gejala tersebut merupakan
gejala yang mendekat kepada realisme meskipun warna-warna yang digunakan masih
cenderung subyektif sesuai dengan kesukaannya sendiri.
5.
Masa
Realisme Semu (11-12 tahun)
Dalam
masa ini intelegensi sudah makin berkembang. Ada pendekatan realistis terhadap
alam sekitarnya meskipun belum sadar sepenuhnya, apalagi sebaik orang dewasa.
Tingkah laku mereka tampak makin kompleks, banyak bergerak dan banyak yang
ingin diketahui serta mulai sadar akan kebutuhan bekerja sama. Gejala
terpenting dari masa ini adalah kecenderungan dua macam tipe gambar, yaitu tipe
visual dan non visual (haptic). Hal ini harus diperhatikan oleh guru karena
selain ada perkembangan dalam umur, juga terdapat perbedaan tipe karena
pembawaan (kodrat). Dalam ungkapan gambarnya dapat dilihat perbedaan yang
sangat menyolok antara dua tipe ini. Anak sudah mulai memilih gaya
menggambarnya, meskipun belum ada kepastian.
Analisis Gambar Karya
Anak-anak
(Sumber:
dokumentasi penulis)
Gambar diatas merupakan hasil gambar
atau karya dari Nadia Af-Karina Taufiq yang berusia 3 tahun. Sesuai dengan
periodidasasi perkembangan gambar karya anak-anak yang di kemukakan oleh Viktor
Lowenfeld, gambar dari karya Karin ini masuk ke dalam masa mencoreng. Mengapa
demikian, karena usia dari Karin ini masih berusia 3 tahun di mana usia anak
yang termasuk dalam masa mencoreng adalah 2-4 tahun.
Visual dari gambar karya Karin ini
sesuai dengan ciri-ciri gambar karya ana-anak di masa mencoreng. Yaitu
gambarannya berupa coretan-coretan yang tidak terarah, yakni ada yang mendatar
panjang, pendek; garis tegak panjang, pendek; dan bahkan melingkar-melingkar
yang tak beraturan. Warna-warna yang tervisual dalam gambar karya Karin ini
adalah warna biru, orange, pink, ungu, dan coklat. Warna yang digunakan adalah
warna yang tidak sesuai dengan kenyataan obyeknya. Warna yang digunakan adalah
warna-warna yang ia sukai dan sesuai dengan keadan si anak ketika menggambar.
Berdasarkan hasil komunikasi saya
dengan Karin, ketika saya tanya ia menggambar apa dan jawabannya ia sedang
menggambar bunga, jadi obyek yang berusaha Karin buat adalah obyek bunga. Media
yang digunakan dalam menggambar adalah kertas gambar dengan ukuran A4 dang
dengan pewarna dari crayon dan pensil warna. Berdasarkan ciri-ciri dari gambar
anak pada masa mencoreng, memang benar Karin pada saat itu berada pada masa
yang sesuai dengan usianya yakni masa mencoreng.
(Sumber:
dokumentasi penulis)
Gambar diatas merupakan hasil gambar
atau karya dari Muhammad Helmi Mahbuk yang berusia 6 tahun. Sesuai dengan
periodidasasi perkembangan gambar karya anak-anak yang di kemukakan oleh Viktor
Lowenfeld, gambar dari karya Helmi ini masuk ke dalam masa prabagan. Mengapa
demikian, karena usia dari Helmi ini masih berusia 6 tahun di mana usia anak
yang termasuk dalam masa prabagan adalah 4-7 tahun.
Visual dari gambar karya Helmi ini
sesuai dengan ciri-ciri gambar karya ana-anak di masa prabagan. Yaitu
gambarannya berupa bentuk-bentuk obyektif yang ada di sekitarnya seperti gambar
manusia. Garisnya sudah lebih terarah, coreng-corengan sudah berkurang, dan
dengan membuat garis yang lebih mewakili bentuk. Bentuk yang dihasilkan lebih
mudah ditafsirkan dan penguasaan ruangnya masih belum terpecahkan. Di dalam
gambarannya ia menggambarkan sosok manusia yang katanya itu adalah dirinya
sendiri, ada juga gambar pisau, bulan, dua matahari, tulisan namanya dia
sendiri, da nada tulisan dengan huruf terbalik (mjixBkt) yang ketika saya tanya
mengapa buat tulisan terbalik dan ia hanya tersenyum dan diam.
Warna-warna yang tervisual dalam
gambar karya Helmi ini adalah warna biru, orange, pink, coklat dan hitam. Warna
yang digunakan adalah warna yang tidak sesuai dengan kenyataan obyeknya, sesuai
dengan keadan si anak ketika menggambar dan biasanya sesuai dengan warna yang
ia sukai.
Berdasarkan hasil komunikasi saya
dengan Helmi, ketika saya tanya ia menggambar apa dan jawabannya ia sedang
menggambar dirinya sendiri yang sedang melempar pisau. Dan ketika saya Tanya
lagi mengapa Helmi melempar pisau dan apa yang dilempar, ia hanya menggelengkan
kepalanya tampa ada satu katapun yang dikeluarkan. Media yang digunakan dalam
menggambar adalah kertas gambar dengan ukuran A4 dang dengan pewarna dari
crayon dan pensil warna. Berdasarkan ciri-ciri dari gambar anak pada masa prabagan,
memang benar Helmi pada saat itu berada pada masa yang sesuai dengan usianya
yakni masa prabagan.
(Sumber:
dokumentasi penulis)
Gambar diatas merupakan hasil gambar
atau karya dari Muhammad Farhan Haikal yang berusia 12 tahun. Sesuai dengan
periodidasasi perkembangan gambar karya anak-anak yang di kemukakan oleh Viktor
Lowenfeld, gambar dari karya farhan ini masuk ke dalam masa realisme semu.
Mengapa demikian, karena usia dari Farhan ini masih berusia 12 tahun di mana
usia anak yang termasuk dalam masa prabagan adalah 11-12 tahun.
Visual dari gambar karya Farhan ini
sesuai dengan ciri-ciri gambar karya ana-anak di masa prabagan. Yaitu ada
pendekatan realistis terhadap alam sekitarnya meskipun belum sadar sepenuhnya.Gambarannya
berupa bentuk-bentuk obyektif dan alam yang ada di sekitarnya. Gambar ini
merupakan hasil dari mencoh gambar yang sudah ada pada cover tempat pensil yang
dia gunakan untuk menggambar.
Warna-warna yang tervisual dalam
gambar karya Farhan ini adalah warna-warna yang sudah mendekati dengan
kenyataan obyek aslinya. Sudah sadar tentang kemiripan obyek yang dibuat dengan
aslinya, dan sudah memahami penguasaan ruang dan perspektif.
Berdasarkan hasil komunikasi saya
dengan Farhan, ketika saya tanya ia mengapa menggambar ini dan mengapa
mencontoh gambar yang sudah ada, dan jawabannya ia suka dengan gambar tersebut
dan katanya ia memang sering mencontoh gambar-gambar yang sudah ada seperti
halnya sama dengan gambar yang dibuatnya ini. Media yang digunakan dalam
menggambar adalah kertas gambar dengan ukuran A4 dang dengan pewarna dari
crayon dan pensil warna. Berdasarkan ciri-ciri dari gambar anak pada masa realisme
semu, memang benar Farhan pada saat itu berada pada masa yang sesuai dengan
usianya yakni masa realisme semu.
Bahan Bacaan:
Herawati, I. S., dan
Iriaji. 1999. Pendidikan Seni Rupa.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar