Minggu, 13 Desember 2015

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Pertemuan Ketujuh
ANALISIS GAMBAR KARYA ANAK-ANAK
Periodisasi Perkembangan Gambar Karya Anak-anak
Di dalam tahap menggambar anak, terdapat pola umum perkembangan dari hasil coretan/gambar anak. Pola tersebut dimulai dari sejak anak menghasilkan coretan-coretan yang tak terarah hingga dapat membuat gambar yang sesuai dengan obyek yang digambarkan.
Viktor Lowenfeld membuat tahapan sebagai berikut:
1.      Masa Mencoreng (2-4 tahun)
Tahap ini berkembang mulai dari usi 2 tahun pada saat anak mulai dapat menggenggam dan mencorengkan alat tulis atau gambar secara acak hingga pada suatu saat ia dapat dengan ‘cara kebetulan’ mewujudkan suatu gambar yang dapat diasosiasikannya dengan bentuk nyata. Coreng-mencoreng yang dibuat mula-mula merupakan goresan yang tidak menentu, tebal tipis tergantung pribadi anak. Lama-kelamaan anak menyadari adanya hubungan antara gerakan tangannya dengan hasil yang diperolehnya. Karenanya berubahlah goresannya menjadi panjang, bolak-bali, kemudian bulat-bulat.
Pada saat terakhir dari masa mencoreng ini anak mulai memberi nama goresan-goresannya, dan berubahlah garis-garis yang tidak menentu menjadi terkendali. Dalam masa ini anak perlu dibina dengan memberikan stimulasi yang tepat serta mengaktifkan imajinasinya. Secara rinci proses mencoreng dialami oleh usia tersebut selalu dimulai dengan corengan-corengan mendatar, kemudian menegak dan diakhiri dengan melingkar-melingkar.
2.      Masa Prabagan (4-7 tahun)
Gerakan yang dilakukan oleh anak usia ini sudah terkendali. Ia sudah dapat mengkoordinasikan pikir dengan emosi dan kemampuan motoriknya. Bentuk-bentuk obyektif yang ada di sekitarnya sudah menjadi kriteria dari hasil gambarnya. Gerakan yang sudah lebih terarah, membuat garis coreng-corengan makin berkurang dengan garis yang lebih mewakili bentuk. Bentuk yang dihasilkan lebih mudah ditafsirkan; yang diutamakan anak adalah bagian yang aktif atau bagian yang bergerak dari suatu obyek. Masalah ruang masih belum terpecahkan.
Sambil menggambar biasanya anak juga suka berbicara/ bercerita sendiri. Sehingga yang menjadi obyek dari gambarnya adalah kegiatan. Warna yang digunakan tidak ada hubungannya dengan realitas.
3.      Masa Bagan (7-9 tahun)
Bagan adalah konsep tentang bentuk dasar dari suatu obyek visual. Semakin kaya akan konsep semakin besar pula untuk berekspresi. Pengamatan anak pada usia ini sudah semakin teliti dan sudah mengetahui bagaimana hubungan dirinya dengan lingkungan sekitarnya.
Pada dasarnya anak menggambar terdorong oleh kebutuhannya untuk berekspresi. Tetapi emosi subyektivitasnya kadang-kadang tidak dapat tersampaikan karena ketidakmampuan skillnya. Dalam hal ini guru sangat berperan untuk mengaktifkan kembali pengalaman anak yang laten (hal yang sudah diketahui tetapi disishkan karena terdesak emosi subyektif).
Anak sudah lebih mengenal ruang. Dan mereka menjadi makin tahu tentang dirinya dengan alam sekitarnya.
4.      Masa Permulaan Realisme (9-11 tahun)
Pada masa ini anak sudah lebih cermat dalam mengamati alam sekitarnya. Konsep bagan yang sudah ada pada masa sebelumnya sudah lebih mendetail lagi. Konsep tentang manusia tidak hanya pada kepala, tubuh, tangan, dan kaki sajatetapi juga jari, pakaian, perhiasan, rambut. Bahkan sudah dapat membedakan laki-laki dan wanita. Kemampuan intelektualnya yang sudah berkembang mendorong mereka untuk menggambar kejelasan detailnya. Rasio sudah lebih digunakan. Konsep gambarnya adalah bidang, bukan garis. Mereka menggambar figur-figur di seluruh bidang gambar. Untuk objek yang lebih jauh digambar di bagian atas kertasnya. Ukurannya sama dengan obyek yang paling dekat.
Gejala tersebut merupakan gejala yang mendekat kepada realisme meskipun warna-warna yang digunakan masih cenderung subyektif sesuai dengan kesukaannya sendiri.
5.      Masa Realisme Semu (11-12 tahun)
Dalam masa ini intelegensi sudah makin berkembang. Ada pendekatan realistis terhadap alam sekitarnya meskipun belum sadar sepenuhnya, apalagi sebaik orang dewasa. Tingkah laku mereka tampak makin kompleks, banyak bergerak dan banyak yang ingin diketahui serta mulai sadar akan kebutuhan bekerja sama. Gejala terpenting dari masa ini adalah kecenderungan dua macam tipe gambar, yaitu tipe visual dan non visual (haptic). Hal ini harus diperhatikan oleh guru karena selain ada perkembangan dalam umur, juga terdapat perbedaan tipe karena pembawaan (kodrat). Dalam ungkapan gambarnya dapat dilihat perbedaan yang sangat menyolok antara dua tipe ini. Anak sudah mulai memilih gaya menggambarnya, meskipun belum ada kepastian.
Analisis Gambar Karya Anak-anak
(Sumber: dokumentasi penulis)
Gambar diatas merupakan hasil gambar atau karya dari Nadia Af-Karina Taufiq yang berusia 3 tahun. Sesuai dengan periodidasasi perkembangan gambar karya anak-anak yang di kemukakan oleh Viktor Lowenfeld, gambar dari karya Karin ini masuk ke dalam masa mencoreng. Mengapa demikian, karena usia dari Karin ini masih berusia 3 tahun di mana usia anak yang termasuk dalam masa mencoreng adalah 2-4 tahun.
Visual dari gambar karya Karin ini sesuai dengan ciri-ciri gambar karya ana-anak di masa mencoreng. Yaitu gambarannya berupa coretan-coretan yang tidak terarah, yakni ada yang mendatar panjang, pendek; garis tegak panjang, pendek; dan bahkan melingkar-melingkar yang tak beraturan. Warna-warna yang tervisual dalam gambar karya Karin ini adalah warna biru, orange, pink, ungu, dan coklat. Warna yang digunakan adalah warna yang tidak sesuai dengan kenyataan obyeknya. Warna yang digunakan adalah warna-warna yang ia sukai dan sesuai dengan keadan si anak ketika menggambar.
Berdasarkan hasil komunikasi saya dengan Karin, ketika saya tanya ia menggambar apa dan jawabannya ia sedang menggambar bunga, jadi obyek yang berusaha Karin buat adalah obyek bunga. Media yang digunakan dalam menggambar adalah kertas gambar dengan ukuran A4 dang dengan pewarna dari crayon dan pensil warna. Berdasarkan ciri-ciri dari gambar anak pada masa mencoreng, memang benar Karin pada saat itu berada pada masa yang sesuai dengan usianya yakni masa mencoreng.
 
(Sumber: dokumentasi penulis)
Gambar diatas merupakan hasil gambar atau karya dari Muhammad Helmi Mahbuk yang berusia 6 tahun. Sesuai dengan periodidasasi perkembangan gambar karya anak-anak yang di kemukakan oleh Viktor Lowenfeld, gambar dari karya Helmi ini masuk ke dalam masa prabagan. Mengapa demikian, karena usia dari Helmi ini masih berusia 6 tahun di mana usia anak yang termasuk dalam masa prabagan adalah 4-7 tahun.
Visual dari gambar karya Helmi ini sesuai dengan ciri-ciri gambar karya ana-anak di masa prabagan. Yaitu gambarannya berupa bentuk-bentuk obyektif yang ada di sekitarnya seperti gambar manusia. Garisnya sudah lebih terarah, coreng-corengan sudah berkurang, dan dengan membuat garis yang lebih mewakili bentuk. Bentuk yang dihasilkan lebih mudah ditafsirkan dan penguasaan ruangnya masih belum terpecahkan. Di dalam gambarannya ia menggambarkan sosok manusia yang katanya itu adalah dirinya sendiri, ada juga gambar pisau, bulan, dua matahari, tulisan namanya dia sendiri, da nada tulisan dengan huruf terbalik (mjixBkt) yang ketika saya tanya mengapa buat tulisan terbalik dan ia hanya tersenyum dan diam.
Warna-warna yang tervisual dalam gambar karya Helmi ini adalah warna biru, orange, pink, coklat dan hitam. Warna yang digunakan adalah warna yang tidak sesuai dengan kenyataan obyeknya, sesuai dengan keadan si anak ketika menggambar dan biasanya sesuai dengan warna yang ia sukai.
Berdasarkan hasil komunikasi saya dengan Helmi, ketika saya tanya ia menggambar apa dan jawabannya ia sedang menggambar dirinya sendiri yang sedang melempar pisau. Dan ketika saya Tanya lagi mengapa Helmi melempar pisau dan apa yang dilempar, ia hanya menggelengkan kepalanya tampa ada satu katapun yang dikeluarkan. Media yang digunakan dalam menggambar adalah kertas gambar dengan ukuran A4 dang dengan pewarna dari crayon dan pensil warna. Berdasarkan ciri-ciri dari gambar anak pada masa prabagan, memang benar Helmi pada saat itu berada pada masa yang sesuai dengan usianya yakni masa prabagan.
 
(Sumber: dokumentasi penulis)
Gambar diatas merupakan hasil gambar atau karya dari Muhammad Farhan Haikal yang berusia 12 tahun. Sesuai dengan periodidasasi perkembangan gambar karya anak-anak yang di kemukakan oleh Viktor Lowenfeld, gambar dari karya farhan ini masuk ke dalam masa realisme semu. Mengapa demikian, karena usia dari Farhan ini masih berusia 12 tahun di mana usia anak yang termasuk dalam masa prabagan adalah 11-12 tahun.
Visual dari gambar karya Farhan ini sesuai dengan ciri-ciri gambar karya ana-anak di masa prabagan. Yaitu ada pendekatan realistis terhadap alam sekitarnya meskipun belum sadar sepenuhnya.Gambarannya berupa bentuk-bentuk obyektif dan alam yang ada di sekitarnya. Gambar ini merupakan hasil dari mencoh gambar yang sudah ada pada cover tempat pensil yang dia gunakan untuk menggambar.
Warna-warna yang tervisual dalam gambar karya Farhan ini adalah warna-warna yang sudah mendekati dengan kenyataan obyek aslinya. Sudah sadar tentang kemiripan obyek yang dibuat dengan aslinya, dan sudah memahami penguasaan ruang dan perspektif.
Berdasarkan hasil komunikasi saya dengan Farhan, ketika saya tanya ia mengapa menggambar ini dan mengapa mencontoh gambar yang sudah ada, dan jawabannya ia suka dengan gambar tersebut dan katanya ia memang sering mencontoh gambar-gambar yang sudah ada seperti halnya sama dengan gambar yang dibuatnya ini. Media yang digunakan dalam menggambar adalah kertas gambar dengan ukuran A4 dang dengan pewarna dari crayon dan pensil warna. Berdasarkan ciri-ciri dari gambar anak pada masa realisme semu, memang benar Farhan pada saat itu berada pada masa yang sesuai dengan usianya yakni masa realisme semu.




Bahan Bacaan:

Herawati, I. S., dan Iriaji. 1999. Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar