Selasa, 27 Mei 2014

PROSES MENGGAMBAR PADA ANAK-ANAK




Bermain bagi anak merupakan kegembiraan dan kesibukan yang penting. Dalam bertanya seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan anak nampak dan terlihat disebabkan oleh keaktifan atau kesempatan bergerak, bereksperimen, berlomba dan berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa senangnya anak-anak berkarya melalui seni rupa, mereka akan bergerak-gerak dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang diinginkan.
Seni rupa adalah salah satu cabang kesenian,seni rupa merupakan ungkapan gagasan dan perasaan manusia yang diwujudkan melalui pengolahan median dan penataan elemen serta prinsip-prinsip desain.
Seni rupa merupakan realisasi imajinasi yang tanpa batas dan tidak ada batasan dalam berkarya seni. Sehingga dalam berkarya seni tidak akan kehabisan ide dan imajinasi. Dalam seni rupa murni, karya yang tercipta merupakan bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Sehingga objek yang dibuat merupakan hasil dari satu atau lebih dari media yang ada (sebagai catatan bahwa media atau bahan seni di dunia juga tidak terbatas).
Dalam berkarya seni, tidak pernah ada kata salah dan juga tidak ada yang mengatakan salah pada karya yang telah diciptakan.
Pada usia 2 tahun-an anak mulai merespon gerak motoriknya untuk melakukan proses menggambar, baik itu dalam bentuk coret-coratan ataupun yang lain sebagainya. Bahasa yang mulai dilakukan oleh anak-anak usia 2 tahun-an yaitu bermula dari bahasa ucapan, verbal, visual, dan kemudian motorik. Dimana pada bahasa visual dan motorik harus selalu sejalan.
Anak-anak mulai suka menggambar pada usia 2 tahun. Makin bertambahnya usia kesukaan menggambar itu mulai berkurang. Maksudnya, nantinya pada usia 15 tahunan anak sudah dapat memilih kearah mana yang lebih dominan pada dirnya, ke bidang seni atau bidang lainnya.  Dapat dilihat grafik di bawah ini:

Para peneliti Barat, seperti Sir Cyril Burt (dalam Read, op. Cit.), Viktor Lowenfeld and W. Lambert Brittain Brittain (1970: 89 - 221 dan 255 - 313) melakukan penelitian tentang perkembangan proses menggambar pada anak-anak. Selain itu, para peneliti asal Indonesia juga melakukan penelitian yang sama, yaitu Amir Hamzah Nasution dan Oejeng Soewargana (1968: 107 - 111). Bahasan Amir dan Oejeng, memang, menggunakan contoh gambar buatan anak-anak Indonesia, tetapi pendekatan kajiannya menggunakan pendekatan Barat. Pada penelitia mereka terdapat perbedaan-perbadaan antara masaperkembangan dan usia pada anak. Lebih jelasnya perbedaan-perbadaan itu terdapat pada tabel di bawah ini.
Perkembangan Proses Menggambar Pada Anak-anak
No.
Masa Perkembangan
Nama Peneliti
Usia Anak
1
Masa Corengan
 Sir Cyril Burt
Usia 2 - 5 tahun
Masa Corengan
Viktor Lowenfeld dan
W. Lambert Brittain
Usia 2 - 4 tahun
Periode Menggores
Amir Hamzah Nasution dan Oejeng Soewargana
Sampai usia 3 tahun
2
Masa Garis
 Sir Cyril Burt
Usia 4 tahun
Masa Prabagan
Viktor Lowenfeld dan
W. Lambert Brittain
Usia 4 - 7 tahun
Periode Skema
Amir Hamzah Nasution dan Oejeng Soewargana
Usia 3 - 7 tahun
3


Masa Perlambangan Terurai
 Sir Cyril Burt
Usia 5 - 6 tahun
-
Viktor Lowenfeld dan
W. Lambert Brittain
-
-
Amir Hamzah Nasution dan Oejeng Soewargana
-
4
Masa Realisme Terurai
 Sir Cyril Burt
Usia 7 - 8 tahun
Masa Bagan
Viktor Lowenfeld dan
W. Lambert Brittain
Usia 7 - 9 tahun
Periode Bentuk dan Garis
Amir Hamzah Nasution dan Oejeng Soewargana
Usia 7 - 9 tahun
5
Masa Realisme Cerapan
 Sir Cyril Burt
Usia 9 - 10 tahun
Masa Realisme
Viktor Lowenfeld dan
W. Lambert Brittain
Usia 9 - 12 tahun
Periode Silhuet
Amir Hamzah Nasution dan Oejeng Soewargana
Usia 9 - 10 tahun
6
Masa Represif
 Sir Cyril Burt
Usia 11 - 14 tahun, terutama Usia 13 tahun
Masa Naturalisme Semu
Viktor Lowenfeld dan
W. Lambert Brittain
Usia 12 - 14 tahun
Periode Perspektif
Amir Hamzah Nasution dan Oejeng Soewargana
Usia 10 - 14 tahun
7
Masa Kebangkitan Rasa Artistik
 Sir Cyril Burt
Usia 15 tahun
Masa Kepastian
Viktor Lowenfeld dan
W. Lambert Brittain
Usia 14 - 17 tahun
-
Amir Hamzah Nasution dan Oejeng Soewargana
-
1.      Masa Coreng-Moreng (Scribbling Period)
Kesenangan membuat goresan pada anak-anak usia dua tahun bahkan sebelum dua tahun sejalan dengan perkembangan motorik tangan dan jarinya yang masih menggunakan motorik kasar. Hal ini dapat kita temukan anak yang melubangi atau melukai kertas yang digoresnya. Goresan-goresan yang dibuat anak usia 2 - 3 tahun belum menggambarkan suatu bentuk objek. Pada awalnya, coretan hanya mengikuti perkembangan gerak motorik. Biasanya, tahap pertama hanya mampu menghasilkan goresan terbatas, dengan arah vertikal atau horizontal. Hal ini tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik anak yang masih mengunakan motorik kasar. Kemudian, pada perekmbangan berikutnya penggambaran garis mulai beragam dengan arah yang bervariasi pula. Selain itu mereka juga sudah mampu mambuat garis melingkar. Periode ini terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu:
Ø  corengan tak beraturan,
Ø  corengan terkendali, dan
Ø  corengan bernama.
Ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap corengan tak beraturan adalah bentuk gembar yang sembarang, mencoreng tanpa melihat ke kertas, belum dapat membuat corengan berupa lingkaran dan memiliki semangat yang tinggi corengan terkendali ditandai dengan kemampuan anak menemukan kendali visualnya terhadap coretan yang dibuatnya. Hal ini tercipta dengan telah adanya kerjasama antara koordiani antara perkembangan visual dengan perkembamngan motorik. Hal ini terbukti dengan adanya pengulangan coretan garis baik yang horizontal, vertical, lengkung , bahkan lingkaran.
Corengan bernama merupakan tahap akhir masa coreng moreng. Biasanya terjadi menjelang usia 3 - 4 tahun, sejalan dengan perkembangan bahasanya anak mulai mengontrol goresannya bahkan telah memberinya nama, misalnya: “rumah”, “mobil”, “kuda”, dan lain-lain. Kesenangan menggunakan warna biasanya setelah ia bisa memberikan judul terhadap karya yang dibuatnya. Penggunaan warna pada masa ini lebih menekankan pada penguasaan teknik-mekanik penempatan warna berdasarkan kepraktisan penempatannya dibandingkan dengan kepentingan aspek emosi. Pada masa mencoreng, bila anak difasilitasi oleh orang tua maka akan memiliki peluang untuk melakukan kreasi dalam hal garis dan bentuk, mengembangkan koordinasi gerak, dan mulai menyadari ada hubungan gambar dengan lingkungannnya. Hal yang paling penting yang harus dilakukan oleh orang tua dan guru pada masa ini adalah dengan memberi perhatian terhadap karya yang sedang dibuat anak sehingga tercipta kemampuan komunikasi anak dengan orang deswasa secara melalui bahasa.

2.      Masa Pra Bagan (Pre Schematic Period)
Usia anak pada tahap ini bisanya berada pada jenjang pendidikan TK dan SD kelas awal. Kecenderungan umum pada tahap ini, objek yang digambarkan anak biasanya berupa gambar kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang menggambarkan kepala kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki. Ciri-ciri yang menarik lainnya pada tahap ini yaitu telah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia sekitarnya. Koordinasi tangan lebih berkembang. Aspek warna belum ada hubungan tertentu dengan objek, orang bisa saja berwarna biru, merah, coklat atau warna lain yang disenanginya.
3.      Masa Bagan (Schematic Period)
Pada masa ini, konsep bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung mengulang bentuk. Gambar masih tetap berkesan datar dan berputar atau rebah (tampak pada penggambaran pohon di kiri kanan jalan yang dibuat tegak lurus dengan badan jalan, bagian kiri rebah ke kiri, bagian kanan rebah ke kanan). Pada perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis pijak (base line). Usia anak pada masa ini berkisaran 7 - 9 tahun.
4.      Masa Realisme Awal (Early Realism)
Pada periode Realisme Awal, karya anak lebih menyerupai kenyataan. Kesadaran perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka menyatukan objek dalam lingkungan. Selain itu kesadaran untuk berkelompok dengan teman sebaya dialami pada masa ini. Perhatian kepada objek sudah mulai rinci. Namun demikian, dalam menggambarkan objek, proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya. Pemahaman warna sudah mulai disadari. Warna biru langit berbeda dengan biru air laut. Penguasan konsep ruang mulai dikenalnya sehingga letak objek tidak lagi bertumpu pada garis dasar, melainkan pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan garis horizon. Selain dikenalnya warna dan ruang, penguasaan unsur desain seperti keseimbangan dan irama mulai dikenal pada periode ini. Ada perbedaan kesenangan umum, misalnya: anak laki-laki lebih senang kepada menggambarkan kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau bunga.
5.      Masa Naturalisme Semu
Pada masa naturalisme semu, kemampuan berfikir abstrak serta kesadaran sosialnya makin berkembang. Perhatian kepada seni mulai kritis, bahkan terhadap karyanya sendiri. Pengamatan kepada objek lebih rinci. Tampak jelas perbedaan anak-anak bertipe haptic dengan tipe visual. Tipe visual memperlihatkan kesadaran rasa ruang, rasa jarak dan lingkungan, dengan fokus pada hal-hal yang menarik perhatiannya. Penguasaan rasa perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh objek lebih meningkat. Tipe haptic memperlihatkan tanggapan keruangan dan objek secara subjektif, lebih banyak menggunakan perasaannya. Gambar-gambar gaya kartun banyak digemari.
Ada sesuatu yang unik pada masa ini, di mana pada satu sisi anak ekspresi kreatifnya sedang muncul sementara kemampuan intelektualnya berkembang dengan sangat pesatnya. Sebagai akibatnya, rasio anak seakan-akan menjadi penghambat dalam proses berkarya.
6.      Periode Penentuan 
Pada periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan diri. Perbedaan tipe individual makin tampak. Anak yang berbakat cenderung akan melanjutkan kegiatannya dengan rasa senang, tetapi yang merasa tidak berbakat akan meninggalkan kegiatan seni rupa, apalagi tanpa bimbingan. Dalam hal ini peranan guru banyak menentukan, terutama dalam meyakinkan bahwa keterlibatan manusia dengan seni akan berlangsung terus dalam kehidupan. Seni bukan urusan seniman saja, tetapi urusan semua orang dan siapa pun tak akan terhindar dari sentuhan.

Sumber:
http://rupasenirupa.blogspot.com/2009/08/nilai-psikologis-gambar-bagi-anak-anak.html
http://aristhaserenade.blogspot.com/2011/10/konsep-konsep-dasar-seni-rupa-anak-sd.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar