Selasa, 22 April 2014

BERFIKIR LATERAL


Berfikir vertikal adalah pola berfikir yang lazim sekali, karena pola tersebut sering di pakai kebanyakan dari orang. Dimana didalamnya sudah terdapat pakem-pakem atau pola-pola berfikir yang sudah terstruktur. Sedangkan berfikir lateral dianggap sebagai cara berfikir tidak lazim karena mempunyai pemahaman sebaliknya dari vertikal. Cara seperti ini juga membawa konsekuensi bagi  kerja otak masing–masing personal. Berfikir lateral ini biasanya dipakai oleh kebanyakan orang yang bergelut di bidang kesenian, karena orang-orang yang bergelut di didang kesenian ini biasanya sering membuat suatu kesenian hasil buah piker yang aneh-aneh.
Berfikir vertikal dapat disebut juga berfikir secara konvergen, logis, konvensional, ataupun tradisional. Sedangkan berfikir lateral dapat disebut juga berfikir secara divergen atau horizontal.
Sebagai sebuah pola dalam pemecahan masalah, berfikir lateral sangat efektif. Berbeda dengan berfikir vertikal yang menekankan pada proses, berfikir lateral menekankan pada hasil. Kelemahan dari berfikir lateral ini melompat–lompat tidak mudah diikuti oleh mereka yang berfikir vertikal. Sebaliknya, berfikir lateral tidak akan sabar akan berfikir vertikal.
Tak ada yang lebih baik dari kedua pemikiran tersebut. berfikir secara sedalam – dalamnya dalam menggali merupakan lazim dilakukan oleh para profesor dan peneliti, spesialis, ataupun pelajar yang loyal (setia). Dan berfikir secara lateral adalah milik para penggagas atau penemu ide. Dengan apa kita berpola fikir tergantung kita yang berfikir.
Ini ciri khas dari berpikir secara vertikal, yaitu sepanjang masa selalu dicari yang benar dan membuang sisanya yang dianggap salah.
Alih-alih menabalkan kebenaran yang harus hadir sepanjang proses analisa, cara berpikir lateral atau horisontal membolehkan kita untuk melakukan kesalahan. Proses yang membolehkan kesalahan berlangsung dimaksudkan untuk mencari pola baru dari pola baku yang sudah ada, mencari solusi non-dogmatis terhadap problem yang dihadapi, membuat jalan atau peta baru dalam suatu proses, menerobos pemikiran lama untuk menemukan kesegaran pemikiran baru serta membangun paradigma baru.
Proses berpikir lateral yang menantang dengan membolehkan ‘kesalahan’ akan menghasilkan sesuatu yang kreatif.  Artinya setiap kemungkinan diperbolehkan hadir dengan tidak terburu-buru mengelompokkan pada kategori benar dan salah.
Sebagai analogi: saat kita membagi satu loyang roti maka bila kita berpikir secara vertikal setiap potongan akan kita usahakan dalam bentuk dan ukuran yang sama; namun bila kita berpikir secara lateral maka dapat saja bentuk potongan rotinya berbeda-beda dengan ukuran tidak sama menyesuaikan keinginan anak-anak yang mengkonsumsi roti tersebut.

http://yudistiragroup.blogspot.com/2012/01/berpikir-vertikal-vs-berpikir-lateral.htmlan Berpikir Lateral.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar