Sebenarnya
banyak sekali proses kreatif itu. Di dalam semua bidang itu memiliki proses
kreatif yang berbeda-beda, sebut saja misalnya dalam bidang keseni rupaan. Di
dalam bidang keseni rupaan juga terdapat banyak sekali proses-proses kreatif
dalam menghasilkan sebuah karya. Untuk lebih spesifik, disini saya akan
membahas proses kreatif dalam keseni rupaan khususnya pada lukisan.
Di
sini saya akan membahas proses kreatif sebuah karya lukisan dari salah satu
Dosen Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Pendidikan Ganesha, yaitu I Gusti Nengah Sura Ardana. Karya beliau banyak
mengambil tema objek-objek orang tua, bingkai rapuh, dan ikan asin. Seperti pada sebuah karyanya
yang berjudul “Belenggu Bingkai Rapuh”.
Karya
ini beliau buat pada tahun 2012 dengan ukuran 140 x 160 cm, dan bahan yang
digunakan adalah cat minyak diatas kanvas. Objek yang divisualkan disana adalah
seorang kakek- kakek yang berekspresi sebih, ikan asin yang berterbangan, dan
sebuah bingkai katu yang terlihat sudah rapuk.
Menurut
beliau dalam sebuah katalog “PERSONALITAS DALAM KOMUNITAS_Seni Rupa Perupa Asal
Tabanan” menyebutkan bahwa karya ini terinspirasi oleh masih adanya ketimpangan
ekonomi di masyarakat kita sekarang ini. Hal ini dapat kita rasakan bahwa
meskipun dewasa ini kemajuan ekonomi kita secara signifikan telah diakui oleh
dunia internasional, namun fakta di lapangan menunjukkan masih ada jurang
pemisah antara si kaya dan si miskin. Dengan segala dalih dan cara oknum-oknum
yang tidak bertanggung jawab dengan posisi aji mumpung, mumpung berkuasa dan
mumpung ada kesempatan, mereka dengan pogahnya begitu bernafsu memperkaya diri
dengan cara yang tidak jujur.
Merenungi
situasi tersebut maka terciptalah karya saya dengan judul “Belenggu Bingkai
Rapuh”. Sosok wajah petani kurus dengan guratan wajah yang menyiratkan
penderitaan yang seolah tak berujung. Sedangkan bingkai rapuh bagi saya adalah
merupakan cerminan dari situasi sosial kehidupan sebagian masyarakat kita yang
tidak lagi yang menjunjung nilai-nilai luhur didalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Di satu sisi sebagian masyarakat telah dibutakan hatinya untuk terus
menuruti keserakahannya, memperkaya diri secara tidak jujur bahkan yang sangat
mencolok mereka menumpuk mobil mewahnya seperti mobil mainan anak-anak kecil
saja, tanpa memperdulikan jeritan kelaparan si miskin yang menjadi korban
tatanan kehidupan yang tidak berkeadilan. Kemiskinan seolah-olah sebuah
keniscayaan yang mustahil dihilangkan. Dan dalam hal ini secara visual ikan asin
beterbangan yang menyebar dihampir seluruh bidang kanvas bagi saya adalah
merupakan simbol keadaan masyarakat yang terbelenggu oleh kemiskinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar