Berfikir
vertikal adalah pola berfikir yang lazim sekali, karena pola tersebut sering di
pakai kebanyakan dari orang. Dimana didalamnya sudah terdapat pakem-pakem atau
pola-pola berfikir yang sudah terstruktur.
Sedangkan berfikir lateral dianggap
sebagai cara berfikir tidak lazim karena mempunyai pemahaman sebaliknya dari
vertikal. Cara seperti ini juga membawa konsekuensi bagi kerja otak
masing–masing personal. Berfikir lateral ini biasanya dipakai oleh kebanyakan
orang yang bergelut di bidang kesenian, karena orang-orang yang bergelut di
didang kesenian ini biasanya sering membuat suatu kesenian hasil buah piker yang
aneh-aneh.
Berfikir vertikal dapat disebut juga
berfikir secara konvergen, logis, konvensional, ataupun tradisional. Sedangkan berfikir
lateral dapat disebut juga berfikir secara divergen atau horizontal.
Sebagai
sebuah pola dalam pemecahan masalah, berfikir lateral sangat efektif. Berbeda
dengan berfikir vertikal yang menekankan pada proses, berfikir lateral
menekankan pada hasil. Kelemahan dari berfikir lateral ini melompat–lompat tidak mudah diikuti oleh mereka yang
berfikir vertikal. Sebaliknya, berfikir lateral tidak akan sabar akan berfikir
vertikal.
Tak
ada yang lebih baik dari kedua pemikiran tersebut. berfikir secara sedalam –
dalamnya dalam menggali merupakan lazim dilakukan oleh para profesor dan
peneliti, spesialis, ataupun pelajar yang loyal (setia). Dan berfikir secara lateral adalah milik para penggagas atau
penemu ide. Dengan apa kita berpola fikir tergantung kita yang berfikir.
Ini ciri khas dari berpikir secara
vertikal, yaitu sepanjang masa selalu dicari yang benar dan membuang sisanya
yang dianggap salah.
Alih-alih menabalkan kebenaran yang harus
hadir sepanjang proses analisa, cara berpikir lateral atau horisontal
membolehkan kita untuk melakukan kesalahan. Proses yang membolehkan kesalahan
berlangsung dimaksudkan untuk mencari pola baru dari pola baku yang sudah ada,
mencari solusi non-dogmatis terhadap problem yang dihadapi, membuat jalan atau
peta baru dalam suatu proses, menerobos pemikiran lama untuk menemukan
kesegaran pemikiran baru serta membangun paradigma baru.
Proses berpikir lateral yang menantang
dengan membolehkan ‘kesalahan’ akan menghasilkan sesuatu yang kreatif.
Artinya setiap kemungkinan diperbolehkan hadir dengan tidak terburu-buru
mengelompokkan pada kategori benar dan salah.
Sebagai analogi: saat kita membagi satu
loyang roti maka bila kita berpikir secara vertikal setiap potongan akan kita
usahakan dalam bentuk dan ukuran yang sama; namun bila kita berpikir secara
lateral maka dapat saja bentuk potongan rotinya berbeda-beda dengan ukuran
tidak sama menyesuaikan keinginan anak-anak yang mengkonsumsi roti tersebut.
http://yudistiragroup.blogspot.com/2012/01/berpikir-vertikal-vs-berpikir-lateral.htmlan Berpikir
Lateral.